Program Clean Oceans through Clean Communities (CLOCC) mengajak pemangku kepentingan pengelolaan sampah di Tabanan, Bali melakukan kunjungan lapangan. Ini adalah bagian dari upaya CLOCC untuk membangun kapasitas dan memfasilitasi pembuatan rencana pengelolaan sampah yang berkelanjutan untuk Kabupaten Tabanan.
Kunjungan lapangan CLOCC diikuti sekitar 44 peserta pemangku kepentingan pengelolaan sampah. Ada dua belas (12) orang perwakilan Dinas, delapan (8) perwakilan dari Kecamatan, sepuluh (10) dari perwakilan desa, dan lima (5) perwakilan organisasi lainnya.
Sosialisasikan kebiasaan memilah yang baik di Gianyar
Pada hari pertama kunjungan lapangan, rombongan mengunjungi TPS3R Desa Pejeng di Kabupaten Gianyar. Di Pejeng peserta mempelajari pendekatan pengelola TPS3R dalam meningkatkan pengelolaan sampah. Peserta disambut oleh I Wayan Sukarsa (Kepala Desa Pejeng) dan Ni Ketut Sri Umayanthi (Pengelola TPS3R Desa Pejeng) untuk melihat peralatan dan fasilitas pengelolaan sampah, serta mempelajari alur operasionalnya.
Ni Ketut Sri Umayanti, yang biasa disapa Ibu Jro Sri, berbagi pengalamannya merintis pengelolaan sampah di Desa Pejeng. Pendekatannya melibatkan perekrutan perempuan dari desa untuk mendidik dan mensosialisasikan pengelolaan sampah di rumah tangga. Pengumpulan sampah terjadwal juga dilaksanakan, dan rumah tangga mendapat pendampingan dari kader kebersihan yang direkrut.
Hal yang menarik dari pendekatan TPS3R Desa Pejeng adalah tidak adanya sanksi bagi warga yang tidak atau belum memilah sampahnya dengan baik. Kader kebersihan mengunjungi rumah warga dan mendengarkan tantangan mereka dalam memilah sampah. Hal ini terbukti efektif, banyak rumah tangga yang sebelumnya tidak memilah, mulai memilah sampah setelah mendapat kunjungan sosialisasi dan edukasi dari kader Kebersihan Desa Pejeng.
Menurut Ibu Jo Sri, yang terpenting adalah kemampuan komunikasi dari kader yang direkrut untuk mensosialisasikan pemilahan sampah. Ini jauh lebih penting daripada keterampilan teknis. Pengalaman menunjukkan bahwa warga pada umumnya akan mendukung upaya pemerintah desa. Namun hal ini harus dikomunikasikan dengan cara yang baik dan berulang-ulang agar dapat membangun kebiasaan memilah sampah di rumah tangga.
Peserta melihat proses pemilahan sampah anorganik yang dilakukan oleh pekerja TPS3R di Desa Pejeng. TP3R Desa Pejeng memiliki 5 penyortir yang semuanya perempuan dan 3 pengangkut.
Selanjutnya rombongan mengunjungi TOSS Center di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Mereka diterima oleh Kepala Dinas Pertanahan dan Lingkungan (DLHP) Kabupaten Klungkung I Ketut Suadnyana dan beberapa jajarannya. Ia menjelaskan tentang program dan kebijakan pengelolaan sampah Kabupaten Klungkung. Para peserta ditunjukan fasilitas pengolahan sampah serta metode pemilahan dan pengomposan sampah organik. Sampah anorganik yang masuk ke Toss Center juga dipilah dan dijual ke pengepul daur ulang.
Pada hari kedua para peserta pergi ke Eco Bali Recycling. I Ketut Mertaadi, Direktur Eco Bali, berbicara tentang sejarah dan operasi perusahaan. Mereka mengumpulkan sampah anorganik dengan menyediakan wadah pemilahan bagi pelanggan mereka dan transportasi terjadwal. Eco Bali bekerja sama dengan perusahaan daur ulang untuk mendistribusikan sampah anorganik yang telah dikumpulkan dari masyarakat.
Peserta melihat proses pemilihan dan pengemasan sampah organik di Eco Bali
Volume sampah yang tinggi di TPA
Selanjutnya rombongan menuju TPA Mandung di Kecamatan Kerambitan Tabanan. Di TPA Mandung yang dikelola oleh DLH Tabanan, para peserta menyaksikan bagaimana sampah masuk dan diturunkan di TPA. Peserta melihat langsung antrean truk dari beberapa desa yang mengirimkan sampahnya langsung ke TPA.
Di TPA, sesi presentasi disampaikan oleh Kepala DLH Tabanan, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, dan Kepala UPTD TPA Mandung. Mereka berbicara tentang tantangan yang dihadapi TPA. Antara lain tingginya volume sampah campuran yang masuk, alat berat yang sering rusak, dan minimnya anggaran untuk operasional TPA. TPA Mandung telah beberapa kali kebakaran pada tahun 2019 dan 2020 yang lalu. Selain itu ancaman longsor sampah juga masih membayangi TPA Mandung yang semakin meninggi. Kunjungan ke TPA bertujuan untuk memahami tantangan pengelolaan sampah di Tabanan, dan melihat potensi perbaikan.
Kunjungan lapangan diakhiri dengan sesi refleksi. Ni Wayan Suitri, perwakilan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tabanan, mengatakan akan fokus mensosialisasikan dan mendorong pemerintah desa mengalokasikan anggaran untuk pengelolaan sampah di tingkat desa. Selain itu, ia juga menyampaikan perlunya kerjasama dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta dan masyarakat desa untuk bersama-sama mengatasi masalah sampah di Tabanan.
CLOCC juga menyampaikan rencana lanjutan setelah kunjungan lapangan ini. Kegiatan selanjutnya adalah pelatihan survei timbulan sampah di Tabanan bagi peserta. Diharapkan mendapat data yang komprehensif untuk mengetahui berapa banyak sampah yang dihasilkan dan karakteristiknya di Kabupaten Tabanan.
Kami berharap dapat melanjutkan perjalanan bersama para peserta CLOCC menuju sistem pengelolaan sampah berkelanjutan di Tabanan.
Ditulis oleh Agus Sumberdana
Comments